Rabu, 01 September 2010

Kucing Schrodinger


emen2 pernah mendengar tentang “kucing Schrodinger”? kayaknya buat temen2 yang seneng sama Fisika tentunya kisah tentang “kucing Schrodinger” ini udah ngga asing lagi. Tapi, sebetulnya apa sih “kucing Schrodinger” itu? Trus bagaimana ceritanya bisa sampai ada istilah itu?

Sebenarnya, apa yang dinyatakan sebagai “kucing Schrodinger” itu adalah suatu konsep mengenai kemungkinan/probabilitas kejadian. Karena pada dasarnya mekanika kuantum banyak berhubungan dengan atom, maka lebih banyak penelitian di bidang ini berkaitan dengan masalah atom dan aktivitasnya.

Dalam kasus ini, atom sangat sulit untuk diperiksa secara detail; dan memeriksa atom erat kaitannya dengan usaha untuk “mendapatkan kepastian” mengenai sifatnya. Schrodinger mengandaikan bahwa sesuatu itu harus dipastikan secara langsung dengan melihat. Maka, muncullah konsep “Kucing Schrodinger”.

Konsep dasarnya kira-kira begini:

Seekor kucing dimasukkan ke dalam tabung(terkunci) yang di dalamnya diletakkan sebotol sianida (atau boleh juga ikan asin beracun). Kemudian, kita tinggalkan tabung itu selama satu jam. Pertanyaannya: apakah kucingnya masih hidup?

Jika kita berpikir bahwa kucing itu tidak memakan sianida (atau ikan asin) yang disediakan, dia mungkin masih hidup. Tetapi, siapa yang tahu kalau dia sudah makan racun tersebut? Jadi, kita harus membuka tabung tersebut dan melihat: “Oh kucingnya sudah mati,” atau “Kucingnya masih hidup”.

Kepastian ini didapat setelah tabung dibuka. Sebelum tabung dibuka, maka kita memiliki dua kemungkinan: “masih hidup” atau “sudah mati”. Sehingga, seolah-olah ada dua “dunia kejadian”, yaitu “masih hidup” dan “sudah mati”.

Efek ini disebut “superimposisi kenyataan”. Jadi, kesannya seolah – olah ada dua kenyataan, padahal jika kita buka tabung berisi kucing tadi, hanya akan ada dua pilihan: “sudah mati” atau “masih hidup”.

Naah, karena kesannya ada dua hal yang belum pasti, makanya disebut sebagai “superimposisi kenyataan” atau “ada dua kenyataan yang bisa
terjadi”. Karena keduanya MUNGKIN terjadi, maka diandaikanlah ada DUA dunia yang masing masing mewakili konsep “sudah mati” atau “masih
hidup”. Makanya, seolah-olah ada dunia paralel dalam “kisah kucing” kita ini. Dengan kata lain, menurut Schrodinger, segala sesuatu harus dibuktikan dengan “ad aculos” (di depan mata).

Konon, Einstein pernah bilang, “Apakah bulan itu ada jika tidak kita lihat, atau dia hanya ada jika kita melihatnya?” Ini bukan pertanyaan ngawur, tetapi ia menekankan betapa pentingnya observasi untuk membuktikan suatu kepastian—setiap saat. Soalnya, kita mana tahu bulan itu masih utuh hari ini? Mungkin saja sudah lenyap betulan tadi pagi? Baru deh, di malam hari kita lihat bulan dan bilang “Oh, bulan itu ada.”

Jadi, “Kucing Schrodinger” itu menjelaskan mengenai kemungkinan “YA” atau “TIDAK” yang paralel, selama kita BELUM melihatnya/ menelitinya secara langsung.

Jangan-jangan ini seperti film MATRIX, yaitu dunia adalah kenyataan buatan yang dipersepsikan melalui indra. Kita kan tidak tahu, kalau- kalau indra kita ditipu… He-he-he-he-he….